Pages

Sabtu, 15 Mei 2021

Bergesernya Perilaku Konsumen di Era Post-Modernisme (Dari Rasional Ke-Irasional)

           Di era post modernisme dalam konteks perkembangan, masyarakat konsumen merupakan sebuah fase yang akan memperkenalkan kita terhadap sebuah fenomena di mana kebutuhan dan keinginan telah membaur, tidak jelas dan sulit kita bedakan satu dengan yang lainnya atau dalam bahasa teoritisnya post modernisme ini adalah sebuah pola masyarakat yang cenderung di organisasikan di seputar konsumsi daripada pengadaan atau produksi barang dan jasa. Keberadaan  fase ini akan mengkonstruk tatanan sosial masyarakat untuk lebih progresif dalam melahirkan masyarakat yang over-konsumtif. Berbeda dengan masyarakat tradisional yang selalu digambarkan bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat, proses atau aktivitas konsumsi selalu didasarkan pada pemenuhan kebutuhan demi keberlangsungan kehidupannya. Sedangkan era post-modern, perilaku atau aktivitas konsumsi dalam pemenuhan kebutuhan justru didorong oleh faktor yang irasionl yang didasari oleh gengsi bukan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.

Di dalam bangunan pemikiran Adam Smith yang dikutip oleh Dr. Bagong  Suyanto (2017), menyatakan bahwa masyarakat yang kapitalistik dan rasional umumnya akan membeli dan mengonsumsi suatu barang dan jasa ketika dibutuhkan dan disertai dengan dasar pertimbangan yang serba rasional (mengkalkulasi untung-rugi dan dibayangkan pula bahwa masyarakat mencari komoditi dengan harga yang paling rendah karena dari situlah sifat rasional masyarakat bekerja).

Namun, sudah jamak kita jumpai di dalam kehidupan bermasyarakat ketika membeli sebuah barang dan jasa bukan sekedar dilihat dari nilai kebermanfaatannya atau atas dasar desakan pemenuhan kebutuhan, akan tetapi dipengaruhi oleh tuntutan gaya hidup (life-style). Hal itu dilakukan demi sebuah citra yang dibentuk oleh cara berpikir masyarakat yang terpola oleh deretan iklan dan tayangan infotaiment atau gaya hidup selebritas di dunia maya yang diidolakan. Keberadaan barang tersebut juga sebagai penanda status sosial di masyarakat. Semakin mahal harga suatu barang yang dibeli di mata publik maka, semakin tinggi pula simbol atau status sosialnya di dalam masyarakat.

Sehingga aktivitas konsumsi masyarakat hari ini lebih banyak yang terjebak pada pola konsumsi yang lebih mengedepankan dan menekankan pada simbol atau citra sosialitas. Olenya itu, dengan mengonsumsi objek tertentu menandakan kita sama dengan orang lain yang juga mengonsumsi barang tersebut dan di satu sisi kita berbeda dengan orang lain yang mengonsumsi objek yang berbeda. Maka perlahan keputusan mengonsumsi suatu barang tidak lagi berdasarkan logika atau dapat dikatakan menggeser teori rasionalitas.

Apabila kita terus menerus mengikuti pola konsumsi seperti ini dapat dipastikan  konsumen atau masyarakat akan terhegemoni oleh promosi yang dikembangkan kekuatan kapitalis dan mengganggap realitas semu sebagai realitas nyata. Masyarakat tanpa sadar akan mengembangkan budaya konsumerisme yang radikal, selalu tak puas untuk membeli dan mengonsumsi berbagai produk yang mereka lihat.

            Hal ini juga dapat menggeser kebudayaan luhur yang telah turun temurun ada di Indonesia. Berkembang pesatnya teknologi memudahkan orang-orang untuk semakin banyak menilik percontohan dari budaya-budaya luar. Sekaitan dengan itu, selain akses melihat budaya luar, dengan mudahnya juga masyarakat kita dapat mendatangkan langsung produk-produk dari luar lewat E-Commerce. Maraknya E-Commerce memudahkan orang-orang bertransaksi di mana pun dan kapan pun. Dampak baiknya acap kali mendatangkan pula dampak buruk. Salah satunya ialah meningkatkan budaya konsumerisme di kalangan masyarakat secara luas. Siapa pun dapat mengakses market place yang bertebaran, tak melihat kalangan anak-anak, remaja maupun lanjut usia (lansia) sekalipun semua dapat membeli barang di mana saja dan kapan saja. Transaksi pembayaran yang fleksibel juga menjadi faktor pendukung yang kuat.

            Saya secara pribadi sangat terbantu dengan E-Commerce ini, namun yang dikhawatirkan kemudahan tersebut berdampak secara luas dalam menggeser rasionalitas konsumen menjadi konsep yang irasional. Untuk menjegal kekhawatiran tersebut baiknya dibutuhkan kesadaran bersama. Hal sederhana yang sebenarnya dapat berdampak besar. Membangun kesadaran konsumen akan pentingnya mengetahui pengklasifikasian kebutuhan dan keinginan. Sebelum membeli smartphone misalnya atau barang-barang komplementer lainnya, baiknya memastikan dulu apakah kebutuhan makan sebulan sampai hari gajian mendatang sudah tercukupi atau tidak. Apabila kesadaran ini pesat terbangun di masyarakat dalam mengonsumsi sesuatu maka aktualiasasi pola konsumsi  rasional akan kembali kita rasakan bersama.

Salam Rasionalitas.

Do The Right Things To Get The Right Things.

Penulis     : Irvan

Menelaah Konsep Self-Interest di Bulan Suci Ramadhan “ Ajang Ketulusan Hati atau Kepentingan Pribadi?”

            Bagi sebagian orang, istilah Self-Interest mungkin tidak begitu asing lagi di telinga mereka. Secara harfiah self-interest berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti “kepentingan pribadi”. Hakikatnya konsep tentang istilah ini telah melanglang buana dari zaman-zaman sebelum generasi gadget muncul dan telah melalui berbagai perjalanan filosofis dialektis yang begitu alot dengan berbagai konsep dan arti yang cukup beragam, namun konsep self-interest ini sendiri mulai dikenal oleh masyarakat dalam studi Ilmu Ekonomi dan dipopulerkan oleh Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith.

Adam Smith memperlihatkan bahwa self-interest dari persfektif Ilmu Ekonomi merupakan suatu dasar pemikiran manusia terkait berbagai tindakan yang dilakukan berdasar pada ego yang tinggi dengan menitikberatkan pada apa yang menguntungkan untuk dirinya dan mengesampingkan kepentingan orang lain. Dalam artian bahwa segala pekerjaan yang dilakukan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain selalu bertendensi pada kepentingan pribadi dan sifatnya indivudalistik dan dipercaya menjadi dasar dari berbagai tindakan rasional yang dilakukan oleh manusia.

Dalam pandangan penulis, sebenarnya manusia tidak hanya memiliki self-interest dalam dirinya saja, namun di lain sisi mereka juga memiliki kepekaan dan kepedulian yang kuat terhadap lingkungannya, baik itu untuk sesama manusia maupun makhluk hidup lainnya. Seperti dalam sebuah buku tentang psikologi kepribadian menjelaskan bahwa hakikatnya dalam jiwa mansuia juga terdapat sifat-sifat kepedulian terhadap orang lain yang kemudian diistilahkan sebagai social-interest yang mendorong untuk melakukan kebaikan kepada siapa pun yang mampu menyentuh hati nuraninya. Istilah lain yang lebih sering kita dengar yaitu sifat empati dan simpati.

Di bulan yang penuh berkah ini, yaitu bulan suci Ramadan, setiap umat Islam dihadapkan pada realitas sosial di mana mereka berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan karena dijanjikan pahala yang berkali-kali lipat. Memaksimalkan ibadah kepada-Nya, berbaik dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan, dengan syarat mengikhlaskan hati dan pikiran terhadap apa yang dilakukan dan diberikan. Namun  dalam pikiran-pikiran liar kita yang terkadang mencari pembenaran dan rasionalitas sering kali muncul pertanyaan, bagaimana mengukur tingkat keikhlasan seseorang? Apakah kebaikan yang kita lakukan selama ini berdasar atas ketulusan hati ataupun sekedar ingin memperkuat eksistensi dan mencari keuntungan? Kita berbaik dan berbagi kepada orang lain, kemudian mendapat keuntungan untuk diri pribadi yang berupa pahala dan timbal balik lainnya, dan bukankah pernyataan tersebut termasuk dalam cakupan konsep self-interest itu sendiri.

Di lain sisi sebenarnya konsep self-interest tidak selalu dikonotasikan secara negatif. Dalam sebuah buku mengatakan bahwa self-interest terdiri atas dua yaitu Bad-Interest dan Good-Interest, yang kemudian penulis simpulkan bahwa bad-interest yaitu tindakan yang dilakukan hanya untuk kepentingan diri sendiri tanpa mengutungkan orang lain sedangkan untuk good-interest yaitu tindakan yang dilakukan yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dan juga orang lain. Dan pilihan kita tergantung dari dalam diri kita sendiri apakah kita melakukan sebuah tindakan dari dua pilihan itu.

Seorang pemikir bernama Agustinus, mengatakan bahwa self-interest merupakan sebuah gerak vertikal terhadap penghambaan diri kepada pencipta kita, yaitu Allah. Sehingga bisa juga kita artikan bahwa lakukanlah kebaikan sebanyak  dan seikhlas mungkin, selain menguntungkan untuk diri kita, orang lain pun harus mendapat keuntungan. Yakini dalam diri bahwa setiap tindakan yang dilakukan bernilai besar bagi siapa pun yang terdampak. Biarkan Sang Pencipta yang mengukur seberapa banyak dan seberapa tulus hati dalam menjalankan segala kebaikan tersebut. 

Maka di sisa bulan suci yang penuh berkah ini, maksimalkan diri dalam mengejar amal, sebelum dijemput ajal.

Penulis    : Angelina Putri Asnun

Kamis, 13 Mei 2021

Irasional : Larangan Mudik dan Selamat Datang Warga Negara Asing

            H- kurang dari sepekan lagi umat beragama paling besar di Indonesia merayakan hari rayanya. Menjelang hari raya Idul Fitri 1442 H selain tradisi harga bahan pokok atau sembako naik, orang-orang yang bekerja di luar kampung halamannya juga memiliki tradisi yang dinamakan mudik.

Mudik atau pulang ke kampung halaman bisa dikatakan sebuah tradisi turun temurun menjelang perayaan besar seperti hari raya umat beragama. Maka Idul Fitri dan mudik bisa menjadi hal yang tidak terpisahkan. Bukan tanpa sebab tradisi mudik ini ada. Orang-orang yang bekerja di luar daerah asal biasanya hanya berkesempatan mendapat libur panjang di hari-hari besar tertentu, salah satunya momen tahunan Idul Fitri. Tak jarang mereka akan memanfaatkan kesempatan ini untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara di kampung halaman.

Namun semenjak pandemi virus Covid-19 menyerang, pemerintah dengan segala upayanya dalam menghambat penyebaran virus ini gencar mengeluarkan kebijakan-kebijakan, mulai dari aspek pendidikan, pariwisata, sosial ekonomi dan yang utama kesehatan tentunya. Mudik adalah salah satu hal yang menjadi sasaran kebijakan pemerintah. Sejak tahun 2020 di awal virus ini masuk ke Indonesia berkisar awal bulan Februari, berbagai kebijakan-kebijakan pun dikeluarkan demi memutus rantai penyebarannya. Namun nyatanya virus ini lebih kuat dari kebijakan-kebijakan yang gencar dikeluarkan.

Dari hari raya Idul Fitri 1441 H tahun lalu, himbauan dilarang mudik telah dikumandankan, akan tetapi hanya pada wilayah yang berlaku Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), zona merah dan beberapa wilayah tertentu. Namun, pada larangan mudik tahun ini berlaku untuk seluruh wilayah di Indonesia, sebelum resmi berlaku pada tanggal 6 - 17 Mei 2021 pun masyarakat telah diminta untuk tidak keluar rumah.

Kebijakan larangan mudik yang ditujukan untuk menekan penyebaran virus Covid-19 dan memaksimalkan proses vaksinasi ini acap kali kembali menimbulkan pro dan kontra. Bukan tanpa alasan, di tengah isu pemerintah mengeluarkan petuah larangan mudik (sebelum tanggal 6 Mei) terdengar kabar bahwa sebanyak 117 warga negara India masuk ke Indonesia pada Rabu, 21 April 2021 melalui Bandara Soekarno-Hatta menggunakan pesawat carter. Sementara di India sana dikabarkan sedang dalam masa krisis Covid-19 yang sangat parah.

Kedatangan mereka tak heran menjadi senter perhatian masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan kebijakan larangan mudik bagi masyarakat Indonesia, sementara bandara Internasional masih leluasa terbuka dan sangat diberi kelonggaran. Sebenarnya pencegahan penyebaran virus seperti apa yang pemerintah harapkan?.

Hanya karena mereka memiliki Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (Kitap) lantas diperbolehkan masuk ke tanah ibu pertiwi. Lalu bagaimana dengan kami masyarakat pribumi. Jika karena alasan telah melalui prosedur di badan imigrasi dan melakukan screening test Covid-19 Warga Negara Asing (WNA) bersuka cita memasuki wilayah Indonesia, apakah kami juga ketika telah memiliki hasil tes PCR negatif juga boleh mudik? Nyatanya tidak begitu, para aparat-aparat pemeriksa tetap menyuruh pemudik putar balik meski terbukti dinyatakan negatif Covid.

Kebijakan larangan mudik di tengah masuknya WNA ini tentu menjadi hal yang irasional. Entah bagaimana pemerintah melogikakannya. Masyarakat lokal yang lahir dan besar di tanah ini sangat dibatasi untuk berhari raya di kampung halaman bersama keluarga mereka, sedang WNA bak raja dan ratu tamu istana. Sebegitu berharganya kah penduduk negeri luar dibanding penduduk lokal?

Terlintas di media-media koran dan digital, masyarakat sampai rela bersembunyi di dalam truk membawa anak dan istrinya, menahan pengap dan teriknya matahari demi berkumpul bersama orang tua dan sanak saudara yang masih ada. Namun tetap ketahuan juga oleh aparat pemeriksa. Bagaimanakah kemanusiaan berlaku di kondisi seperti ini? Tak hanya satu dua orang yang tertahan dan ketahuan mudik, tapi ada banyak, dengan beragam cerita. Mereka seakan diburu di negerinya sendiri, hanya karena keinginan dan kerinduan kepada orang tua.

"Tahun lalu kita dilarang mudik, tahun ini entah dilarang atau dibolehkan, percuma orang tua saya juga sudah tiada." Salah satu kalimat dari pro kontra larangan mudik yang membuat saya sebagai penulis ikut menitikkan air mata mendengarnya. Hal yang sangat miris terjadi di negeri merah putih ini.

Sebagian besar dari masyarakat kita telah menjadikan datangnya virus corona ini sebagai habits baru, karena telah lebih dari setahun kita hidup berdampingan, memakai masker setiap keluar rumah, menjaga jarak dengan orang lain dan kebiasaan-kebiasaan baru untuk mencegah penularan penyakit. Jadi, meskipun kasus-kasus orang yang terpapar masih ada, akan tetapi setidaknya masyarakat kita tidak lagi begitu parno dan ketakutan seperti awal-awal kemunculannya. Maka dari itu sebenarnya kekhawatiran siapa yang sedang pemerintah jaga?

            Cukup dengan melakukan tes Swab PCR atau sejenisnya dan pemeriksaan di jalur perbatasan, lalu pemerintah memastikan jalur antar kota lancar, saya pribadi berpendapat mudik tidak perlu dikekang sekeras ini, toh hanya sekali setahun dan faktor kemanusian juga, orang tua tidak hidup selamanya, rumah tetaplah merindukan penghuninya. Hal sederhana yang begitu berharga untuk arti sebuah hari raya dan kebersamaan.

Penulis    : Sri Nurfadillah Asnawi

Sabtu, 08 Agustus 2020

Economics Tools: The Important Things to Be Known as An Economics Student

        Dapat dikatakan bahwa ekonomi adalah sendi kehidupan. Selama manusia masih memiliki hasrat untuk memenuhi kebutuhannya, selama itu juga ekonomi mengambil perannya. Setiap orang merasakan peran dari ekonomi itu, namun tidak semua orang mengerti hakikat dari peran ekonomi itu sendiri. Ekonomi baik dalam lingkup makro maupun mikro memiliki hakikat exchange atau pertukaran yaitu pertukaran kebutuhan satu dengan yang lainnya. Dalam pertukaran ini terbentuklah hukum yang disebut permintaan dan penawaran.

            Sebagai sendi kehidupan, ekonomi menjadi hal yang vital. Sebagai tumpuan atau acuan pembangunan aspek lain seperti politik, sosial, hukum, budaya, teknologi, pendidikan dan lain sebagainya. 

            Sifat perekonomian yang berjalan di suatu daerah akan menjadi tolak ukur berkembangnya aspek-aspek yang lain. Sebagai contoh semakin banyak pembangunan barang publik di suatu wilayah dari waktu ke waktu secara tidak langsung menjelaskan bahwa perekonomian di wilayah tersebut semakin membaik.

            Ketika suatu tujuan ekonomi adalah kemaslahatan orang banyak, tak jarang dalam mengambil sebuah keputusan ekonomi yang terbaik harus mengorbakan kepentingan sebagian kecil orang. Dalam istilah ekonomi disebut opportunity cost atau biaya peluang. Langkah-langkah seperti inilah yang biasanya akan menimbulkan masalah. Seperti, kesenjangan sosial, pengangguran, kemiskinan, kekurangan lapangan kerja, dll.

    Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat langkah dari keputusan ekonomi tertentu tidak dapat dipecahkan dengan mudah. Maka dari itu akan selalu ada pakar-pakar ekonomi (pengamat dan pemerhati ekonomi) baik dalam lingkup makro maupun mikro. Untuk menjabarkan masalah-masalah dari perekonomian yang ditimbulkan tersebut membutuhkan alat-alat ekonomi “Economics Tools”.

            Economics tools adalah alat-alat yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena-fenomena ekonomi yang ada. Di antara alat-alat ini memiliki fungsi dan peranan masing-masing tetapi saling berhubungan satu sama lainnya.

            Pertama, Teori (theory) adalah anggapan kebenaran yang kuat yang dibina atau dihimpun dalam data-data yang cukup serta akurat dan mampu menjelaskan perkara yang diteorikan. Begitu banyak ahli-ahli dalam bidang ekonomi mengemukakan teorinya yang kita kenal sampai sekarang. Dimulai dari era Yunani kuno di mana orang yang pertama kali memikirkan teori pemikiran tentang uang, bunga, jasa tenaga kerja, perbudakan dan perdagangan adalah seorang filsuf kelahiran Athena (Plato, 427-347 SM) dalam bukunya yang berjudul “Republica”.

Namun singkatnya teori-teori ekonomi begitu eksis saat seorang Filsuf Britania yang kemudian di juluki Bapak ekonomi modern menggagas pemikirannya dalam buku yang berjudul “The Wealth of Nations (1776)”. Adam Smith, menggagas bukunya berdasarkan berbagai karya dari pendahulunya dan Ia yang mengusung sistem kapitalisme.

Dalam sejarah pemikiran teori ekonomi yang begitu panjang tak pernah lepas dari kritikan. Di mana dua sistem yang sama-sama eksis saling kritik mengkritik oleh para pemikir-pemikirnya. Sistem kapitalis yang dikritik oleh sistem sosialis karena dianggap bersifat eksploitatif dan mengasingkan pihak lain. Di balik itu sistem sosialis dikritik sebab beberapa Filsuf mengatakan bahwa kesetaraan mengikis keanekaragaman individu dan bahwa pembentukan masyarakat yang setara terkesan harus memerlukan paksaan yang kuat. Ringkasnya setiap sistem tak luput dari kelebihan dan kekurangan.

Maka dari itu beberapa negara menggagas sistem baru yang disebut “Mixed Economics” yang diharap dapat menjadi jalan tengah dan tidak akan lagi fanatik terhadap satu sistem saja. Dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi pemerintah tentunya berusaha mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terbaik. Teori-teori yang telah ada sebelumnya menjadi acuan dalam mengambil kebijakan, baik kebijakan Fiskal maupun kebijakan Moneter.

Alat ekonomi yang kedua adalah Kurva (curve). Kurva atau garis yang menghubungkan antara dua variabel memiliki banyak fungsi tergantung dari jenis kurva yang digambarkan. Kurva yang paling umum diketahui ialah kurva permintaan dan penawaran. Kurva permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara variabel harga suatu barang dan variabel kuantitas atau jumlah barang yang diminta oleh konsumen. Sedangkan kurva penawaran adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara variabel harga dan variabel kuantitas atau jumlah barang yang diproduksi oleh produsen. Kurva selalu menggunakan asumsi untuk menyederhanakan penggambarannya dan untuk memudahkan dalam menjelaskan hubungan dari dua variabel (independen dan dependen) dalam model kurva tersebut.

Untuk menggunakan kurva sebagai alat penjabaran fenomena-fenomena ekonomi harus menggunakan data-data riil di pasar. Dengan menggunakan kurva kita dapat mendeskripsikan permasalahan ekonomi dengan lebih terperinci dalam bentuk yang sederhana, jadi tidak perlu menggunakan narasi yang panjang untuk menjelaskannya secara detail. Lazimnya bagi orang-orang ekonom, kurva adalah sesuatu yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari, sebab hampir semua aktivitas dapat digambarkan ke dalam kurva.

Alat ekonomi yang terakhir adalah Fungsi Matematika (mathematical functions). Matematika merupakan suatu alat analisis yang digunakan dalam berbagai ilmu, tak terkecuali dalam bidang Ilmu Ekonomi.

Fungsi matematika sangat erat kaitannya dengan kurva maupun teori. Untuk menjelaskan fenomena-fenomena ekonomi yang ada ahli-ahli ekonomi menggunakan simbol-simbol matematis untuk menyatakan permasalahan dan pembahasan masalah tersebut. Fungsi matematika akan membantu menganalisis model-model ekonomi, menghitung besaran anggaran dan estimasi pengeluaran, sampai membantu menyusun alternatif sasaran yang akan di capai.

        Ketiga alat-alat ekonomi ini akan menjadi kombinasi yang lengkap dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi yang ada. Karena dalam mengatasi masalah tak jarang kebijakan yang ditempuh justru akan menimbulkan masalah yang lain. Jadi, dengan adanya alat-alat ekonomi masalah ekonomi yang dihadapi bisa lebih jelas dengan bentuk yang lebih sederhana. Pengambilan kebijakan pun akan mempertimbangkan risiko-risiko yang ada. Dan tentunya kebijakan yang baik adalah kebijakan yang memiliki tingkat kebermanfaatan lebih besar dari pada tingkat risikonya.


Email               : escofuinmakassar@gmail.com

Phone Number: 082352659306

IG                    : esc_uinalauddinmakassar

Penulis            : Sri Nurfadillah A

Kamis, 03 Oktober 2019

PENGUMUMAN FINALIS DEBAT & ESSAI "NATIONAL ECONOMICS CREATIVE COMPETITION (NECC) 2019"


SELAMAT! Berikut kami sampaikan peserta lomba debat & essai yang lolos ke tahap selanjutnya NECC 2019 yang akan diselenggarakan di UIN Alauddin Makassar. Sekali lagi selamat kami ucapkan bagi peserta yang lolos. Kami tunggu di kampus Peradaban UIN Alauddin Makassar!



Daftar lengkap finalis debat & essai NECC 2019, dapat diunduh ↓

https://drive.google.com/file/d/194C_t2AJTEOcUaflvzMl8l48Mr2NrYXk/view?usp=sharing

https://www.mediafire.com/file/c7ccdk4s4cgj7xb/PENGUMUMAN_FINALIS_DEBAT_%26_ESSAI_NECC_2019.pdf/file



INFO PENTING!

PENGIRIMAN FILE PRESENTASI FINALIS ESSAI : 28-29 OKTOBER 2019
TECHNICHAL MEETING                                            : 06 NOVEMBER 2019
PELAKSANAAN LOMBA                                            : 07-08 NOVEMBER 2019
FIELD TRIP                                                                    : 09 NOVEMBER 2019



Demikian pemberitahun dari kami, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

CONTACT PERSON : 
DEBAT                   : 0895-8017-55622 (DARA FITRIANI. K)
ESSAI                     : 0822-9139-5231 (FIKRIYATUL HASANAH)
TIM PUBLIKASI : 0823-4313-3145 (RISKA DAMAYANI)



"Do The Right Things To Get The Right Things"

Kamis, 05 September 2019

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


INFO PENTING!!!
  ------------------------


Bagi kalian yang belum sempat mendaftarkan timnya karena batas pendaftaran gelombang 2 sudah TUTUP....!!!! JANGAN KHAWATIR 🤗 karena panitia NECC 2019 mengadakan perpanjangan pendaftaran selama 25 hari Loh!

Jadi tunggu apalagi?, buruuuan daftarkan tim kalian!!!!!


Deadline 30 September 2019, pukul 23.59 WITA


Panduan debat & essai, formulir & originalitas karya, serta twibbon dapat di unduh melalui website 👇
www.escofuinam.blogspot.com



More information :
Blog : www.escofuinam.blogspot.com
Email : escofuinmakassar@gmail.com
IG : @esc_uinalauddinmakassar
CP : 0853-4792-8276 (Indra)/0823-431-33145 (Ikhaa)

#NECC2019
#DoTheRightThingsToGetTheRightThings

Senin, 01 Juli 2019

LOMBA DEBAT & ESSAI "NATIONAL ECONOMICS CREATIVE COMPETITION (NECC) 2019"

! ATTENTION !  ! ATTENTION ! ! ATTENTION ! 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Economics Study Club (ESC) of UIN Alauddin Makassar dengan bangga mempersembahkan "National Economics Creative Competition (NECC) 2019" tingkat Mahasiswa (i) se-Indonesia.

Adapun Tema yang diusung adalah "Merumuskan Strategi dalam Mengatasi Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia".

SUB TEMA :
1. Ketidakstabilan harga domestik
2. Maksimalisasi bonus demografi
3. Efek trade war terhadap perekonomian nasional
4. Mewaspadai perangkap utang luar negeri

PERSYARATAN ESSAI :
1.      Mahasiswa (i) aktif Diploma/S1 perguruan tinggi se-Indonesia 
2.      Setiap tim terdiri dari 3 orang yang berasal dari perguruan tinggi yang sama

Contact Person Essai : 0822-9139-5232 (Fikriyatul Hasanah)

PERSYARATAN DEBAT :
1.      Mahasiswa (i) Diploma/S1 perguruan tinggi se-Indonesia 
2.      Setiap tim terdiri dari 3 orang yang berasal dari perguruan tinggi yang sama 
3.      Peserta wajib mengirimkan satu artikel dengan judul bebas yang tetap merujuk pada tema
      kegiatan

Contact Person Debat : 0895-8017-55622 (Dara Fitriani. K)

TIMELINE :
* Pendaftaran & Pengiriman naskah
   - Gelombang 1                                             : 06 Juli - 05 Agustus 2019
   - Gelombang 2                                             : 06 Agustus - 05 September 2019
* Penjurian                                                      : 06 - 08 September 2019
* Pengumuman                                               : 09 September 2019
* Konfirmasi Kehadiran                                 : 10 - 14 September 2019
* Konfirmasi Pembayaran                               : 15 - 23 September 2019
* Pengambilan Waiting List                            : 24 - 30 September 2019
* Pengiriman File Presentasi Finalis Essai     : 20 Oktober 2019
* Technical Meeting                                        : 23 Oktober 2019
* Pelaksanaan Debat & Essai                         : 24 - 25 Oktober 2019
* Field trip                                                      : 26 Oktober 2019

PEMBAYARAN :
·         Gelombang 1 : Rp. 85.000,.
·         Gelombang 2 : Rp. 100.000,.

Pembayaran melalui rekening BRI : 7073-01-006931-53-2 (a.n Riska Damayani)

HADIAH
* Juara 1 : Uang Pembinaan + Hard Sertifikat + Piala Dekan
* Juara 2 : Uang Pembinaan + Hard Sertifikat + Piala
* Juara 3 : Uang Pembinaan + Hard Sertifikat + Piala
* Best Speaker : Uang Pembinaan + Hard Sertifikat
* Best Presentation : Uang Pembinaan + Hard Sertifikat
* Seluruh finalis debat & essai mendapat hard sertifikat
* Seluruh peserta mendapat e-sertifikat 

PANDUAN DEBAT 
https://drive.google.com/open?id=1nTL8FkCzIU66pfoBCH1n4T4UEarmGxE-
http://www.mediafire.com/file/zly5se2l2rw4j36/PANDUAN_DEBAT_NECC_2019.pdf/file

http://www.mediafire.com/file/5z35b7slsx55gcd/KETENTUAN_DEBAT_NECC_2019.pdf/file



PANDUAN ESSAI
https://drive.google.com/open?id=1f8lriJATEhjK-sLmLVtqI0_fC_TR6w89
http://www.mediafire.com/file/furcbrleuas7una/PANDUAN_ESSAY_NECC_2019.pdf/file


FORMULIR & ORIGINALITAS KARYA

https://drive.google.com/open?id=1qUflrZXELxze1tv237sCnGbdTezj9Jan
http://www.mediafire.com/file/qead69hvfjo6ant/FORMULIR_%2526_ORIGINALITAS_KARYA_NECC_2019.pdf/file


TWIBBON  
https://drive.google.com/open?id=1y6gxUP4e-M-1rsKxsGhhLynmsRZXCRZa
http://www.mediafire.com/view/3og6et0ukw0s5wa/TWIBBON%20NECC%202019.png

More Information :
Blog : www.escofuinam.blogspot.com
Email : escofuinmakassar@gmail.com
IG : esc_uinalauddinmakassar
CP : 0853-4792-8276 (Indra)/ 0823-431-33145 (Ikhaa)

#DoTheRightThingsToGetTheRightThings







Bergesernya Perilaku Konsumen di Era Post-Modernisme (Dari Rasional Ke-Irasional)

              Di era post modernisme dalam konteks perkembangan, masyarakat konsumen merupakan sebuah fase yang akan memperkenalkan kita ter...